Breaking

Tuesday, April 25, 2017

Meja Judi Menjadi Saksi

Meja Judi Menjadi Saksi

Rina, perempuan berumur 30 tahun nyaris putus asa dalam
menjalani hidup ini. Suaminya, Angga, justru menjadikannya sebagai seorang
pelacur. Ia tak pernah menyangka jika Mas Angga tega menjual tubuhnya.
Ketika pertama kali berkenalan, dia adalah laki-laki yang
baik dan selalu menjagaku dari berbagai godaan laki-laki lain. Kami menikah
lima tahun yang lalu dan dikarunai seorang anak laki-laki berusia tiga tahun
dan kami beri nama Rizal. Perkawinan kami mulus-mulus saja sampai Rizal muncul
diantara kami. Tentu saja waktuku banyak tersita untuk mendidik Rizal.
Mas Angga berkerja di perusahaan swasta yang bergerak
dibidang produksi kayu, sedangkan aku hanya tinggal di rumah. Tetapi aku tidak
pernah mengeluh. Aku tetap sabar menjalankan tugasku sebagai ibu rumah tangga
sebaik-baiknya. Sebenarnya setiap hari bisa saja Mas Angga pulang sore hari.
Tetapi belakangan ini dia selalu pulang terlambat. Bahkan sampai larut malam.
Pernah ketika kutanyakan, kemana saja kalau pulang
terlambat. Dia hanya menjawab “Aku mencari penghasilan tambahan Rin”, jawabnya
singkat.
 Mas Angga makin
sering pulang larut malam, bahkan pernah satu kali dia pulang dengan mulut berbau
alkohol, jalannya agak sempoyongan, rupanya dia mabuk. Aku mulai
bertanya-tanya, sejak kapan suamiku mulai gemar minum-minum beralkohol. Selama
ini aku tidak pernah melihatnya seperti ini. Kadang-kadang ia juga memberikan
uang belanja lebih padaku. Atau pulang dengan membawa oleh-oleh untuk aku dan
Rizal anak kami.
Cerita Mesum 2016
cerita dewasa 2016,cerita dewasa terupdate,cerita dewasa terbaru,cerita dewasa,cerita mesum 2016,cerita mesum terupdate,cerita mesum terbaru,cerita mesum,
 Cerita Dewasa 2016
Setiap kali aku menyinggung aktivitasnya, Mas Angga berusaha
menghindari.
“Kita jalankan saja peran masing-masing. Aku cari uang dan
kamu yang mengurus rumah. Aku tidak pernah menanyakan pekerjaanmu, jadi lebih
baik kamu juga begitu”, katanya.
Aku baru bisa menerka-nerka apa aktivitasnya ketika suatu
malam, dia memintaku untuk menjual gelang yang kupakai. Ia mengaku kalah
bermain judi dengan seseorang dan perlu uang untuk menutupi utang atas
kekalahannya, jadi itu yang dilakukannya selama ini. Sebagai seorang istri yang
berusaha berbakti kepada suami, aku memberikan gelang itu. Toh dia juga yang
membelikan gelang itu. Aku memang diajarkan untuk menemani suami dalam suka
maupun duka.
Suatu sore saat Mas Angga belum pulang, seorang temannya
yang mengaku bernama Sunu berkunjung ke rumah. Kedatangan Sunu inilah yang
memicu perubahan dalam rumah tanggaku. Sunu datang untuk menagih utang-utang
suamiku kepadanya. Jumlahnya sekitar sepuluh juta rupiah. Mas Angga berjanji
untuk melunasi utangnya itu. Aku berkata terus-terang bahwa aku tidak
tahu-menahu mengenai utang itu, kemudian aku menyuruhnya untuk kembali besok
saja.
Tetapi dengan pandangan nakal dia tersenyum,

“Lebih baik saya menunggu saja Mbak, itung-itung menemani
Mbak.”
Aku agak risih mendengar ucapannya itu, lebih-lebih ketika
melihat tatapan liar matanya yang seakan-akan ingin menelanjangi diriku.
“Angga tidak pernah cerita kepada saya, kalau ia memiliki
istri yang begitu cantiknya. Menurut saya, sayang sekali bunga yang indah hanya
dipajang di rumah saja” ucap Sunu.
Aku makin tidak enak hati mendengar ucapan rayuan-rayuan
gombalnya itu, Tetapi aku mencoba menahan diri, karena Mas Angga berutang uang
kepadanya. Dalam hati aku berdoa agar Mas Angga cepat pulang ke rumah, sehingga
aku tidak perlu berlama-lama menemuinya.
Untung saja tak lama kemudian Mas Angga pulang.beritaseks.com Kalau tidak
pasti aku sudah muntah mendengar kata-katanya itu. Begitu melihat Sunu, Mas Angga
tampak lemas. Dia tahu pasti Sunu akan menagih hutang-hutangnya itu. Aku
meninggalkan mereka di ruang tamu, Mas Angga kulihat menyerahkan amplop coklat.
Mungkin Mas Angga sudah bisa melunasi hutangnya. Aku tidak dapat mendengar
pembicaraannya, namun kulihat Mas Angga menunduk dan sesekali terlihat berusaha
menyabarkan temannya itu.
Setelah Sunu pulang, Mas Angga memintaku menyiapkan makan
malam. Dia menikmati sajian makan malam tanpa banyak bicara, Aku juga
menanyakan apa saja yang dibicarakannya dengan Sunu. Aku menyadari Mas Angga
sedang suntuk, jadi lebih baik aku menahan diri. Setelah selesai makan, Mas Angga
langsung mandi dan masuk ke kamar tidur, aku menyusul masuk kamar satu jam
kemudian setelah berhasil menidurkan Rizal di kamarnya.
Ketika aku memasuki kamar tidur dan menemaninya di ranjang,
Mas Angga kemudian memelukku dan menciumku. Aku tahu dia akan meminta
‘jatahnya’ malam ini. Malam ini dia lain sekali sentuhannya lembut. Pelan-pelan
Mas Angga mulai melepaskan daster putih yang kukenakan, setelah mencumbuiku
sebentar, Mas Angga mulai membuka bra tipis yang kukenakan dan melepaskan
celana dalamku.
Setelah itu Mas Angga sedikit demi sedikit mulai menikmati
jengkal demi jengkal seluruh bagian tubuhku, tidak ada yang terlewati. Kemudian
aku membantu Mas Angga untuk melapaskan seluruh pakaian yang dikenakannya,
sampai akhirnya aku bisa melihat penis Mas Angga yang sudah mulai agak
menegang, tetapi belum sempurna tegangnya.
Dengan penuh kasih sayang kuraih batang kenikmatan Mas Angga,
kumain-mainkan sebentar dengan kedua belah tanganku, kemudian aku mulai
mengulum batang penis suamiku dengan lembutnya. Terasa di dalam mulutku,berita seks.com batang
penis Mas Angga terutama kepala penisnya, mulai terasa hangat dan mengeras. Aku
menyedot batang Mas Angga semampuku, kulihat Mas Angga begitu bergairah,
sesekali matanya terpejam menahan nikmat yang kuberikan kepadanya.
Mas Angga kemudian membalas, dengan meremas-remas kedua
payudaraku yang cukup menantang, 36B. Aku mulai merasakan denyut-denyut
kenikmatan mulai bergerak dari puting payudaraku dan mulai menjalar keseluruh
bagian tubuhku lainnya, terutama ke vaginaku. Aku merasakan liang vaginaku
mulai terasa basah dan agak gatal, sehingga aku mulai merapatkan kedua belah
pahaku dan menggesek-gesekan kedua belah pahaku dengan rapatnya, agar aku dapat
mengurangi rasa gatal yang kurasakan di belahan liang vaginaku.
Mas Angga rupanya tanggap melihat perubahanku, kemudian
dengan lidahnya Mas Angga mulai turun dan mulai mengulum daging kecil
clitorisku dengan nafsunya, Aku sangat kewalahan menerima serangannya ini,
badanku terasa bergetar menahan nikmat, peluh ditubuhku mulai mengucur dengan
deras diiringi erangan-erangan kecil dan napas tertahan ketika kurasakan aku
hampir tak mampu menahan kenikmatan yang kurasakan.
Akhirnya seluruh rasa nikmat semakin memuncak, saat penis
Mas Angga, mulai terbenam sedikit demi sedikit ke dalam vaginaku, rasa gatal
yang kurasakan sejak tadi berubah menjadi nikmat saat penis Mas Angga yang
telah ereksi sempurna mulai bergerak-gerak maju mundur, seakan-akan
menggaruk-garuk gatal yang kurasakan.
Suamiku memang jago dalam permainan ini. Tidak lebih dari
lima belas menit aku berteriak kecil saat aku sudah tidak mampu lagi menahan
kenikmatan yang kurasakan, tubuhku meregang sekian detik dan akhirnya rubuh di
ranjang ketika puncak-puncak kenikamatan kuraih pada saat itu, mataku terpejam
sambil menggigit kecil bibirku saat kurasakan vaginaku mengeluarkan
denyut-denyut kenikmatannya.
Dan tidak lama kemudian Mas Angga mencapai puncaknya juga,
dia dengan cepatnya menarik penisnya dan beberapa detik kemudian, air maninya
tersembur dengan derasnya ke arah tubuh dan wajahku, aku membantunya dengan
mengocok penisnya sampai air maninya habis, dan kemudian aku mengulum kembali
penisnya sekian lama, sampai akhirnya perlahan-lahan mulai mengurang
tegangannya dan mulai lunglai.
“Aku benar-benar puas Rit, kamu memang hebat”, pujinya. Aku
masih bergelayut manja di dekapan tubuhnya.
“Rit, kamu memang istriku yang baik, kamu harus bisa
mengerti kesulitanku saat ini, dan aku mau kamu membantu aku untuk
mengatasinya”, katanya.
“Bukankah selama ini aku sudah begitu Mas”, sahutku. Mas Angga
mengangguk-angguk mendengarkan ucapakanku.
Kemudian ia melanjutkan,
“Kamu tahu maksud kedatangan Sunu tadi sore. Dia menagih
utang, dan aku hanya sanggup membayar setengah dari keseluruhan utangku.
Kemudian setelah lama berbicang-bincang ia menawarkan sebuah jalan keluar
kepadaku untuk melunasi hutang-hutangku dengan sebuah syarat”, ucap Mas Angga.
“Apa syaratnya, Mas?” tanyaku penasaran.
“Rupanya dia menyukaimu, dia minta izinku agar kamu bisa
menemani dia semalam saja”, ucap Mas Angga dengan pelan dan tertahan.
Aku bagai disambar petir saat itu, aku tahu arti ‘menemani’
selama semalam. Itu berarti aku harus melayaninya semalam di ranjang seperti
yang kulakukan pada Mas Angga. Mas Angga mengerti keterkejutanku.
“Aku sudah tidak tahu lagi dengan apalagi aku harus membayar
hutang-hutangku, dia sudah mengancam akan menagih lewat tukang-tukang pukulnya
jika aku tidak bisa membayarnya sampai akhir pekan ini”, katanya lirih.
Aku hanya terdiam tak mampu mengomentari perkataannya itu.
Aku masih shock memikirkan aku harus rela memberikan seluruh tubuhku kepada
lelaki yang belum kukenal selama ini. Sikap diamku ini diartikan lain oleh Mas Angga.
“Besok kamu ikut aku menemui Sunu”, ujarnya lagi, sambil
mencium keningku lalu berangkat tidur. Seketika itu juga aku membenci suamiku.
Aku enggan mengikuti keinginan suamiku ini, namun aku juga harus memikirkan
keselamatan keluarga, terutama keselamatan suamiku. Mungkin setelah ini ia akan
kapok berjudi lagi pikirku.
Sore hari setelah pulang kerja, Mas Angga menyuruhku berhias
diri dan setelah itu kami berangkat menuju tempat yang dijanjikan sebelumnya,
rupanya Mas Angga mengantarku ke sebuah hotel berbintang. Ketika itu waktu
sudah menunjukkan sekitar pukul 20.00 malam. Selama hidup baru pertama kali
ini, aku pergi untuk menginap di hotel.
Ketika pintu kamar di ketuk oleh Mas Angga, beberapa saat
kemudian pintu kamar terbuka, dan kulihat Sunu menyambut kami dengan hangatnya,
Suamiku tidak berlama-lama, kemudian ia menyerahkan diriku kepada Sunu, dan
kemudian berpamitan.
Dengan lembut Sunu menarik tanganku memasuki ruangan kamar
itu. Aku tertunduk malu dan wajahku terasa memerah saat aku merasakan tanganku
dijamah oleh seseorang yang bukan suamiku. Ternyata Sunu tidak seburuk yang
kubayangkan,beritaseks.com memang matanya terkesan liar dan seakan mau melahap seluruh
tubuhku, tetapi sikapnya dan perlakuannya kepadaku tetap tenang, sehingga dikit
demi sedikit rasa grogi yang menyerangku mulai memudar.
Sunu menanyakan dengan lembut, aku ingin minum apa. Kusahut
aku ingin minum coca-cola, tetapi jawabnya minuman itu tidak ada sekarang ini
di kamarnya, kemudian dia mengeluarkan sebotol sampagne dari kulkas dan
menuangkannya sedikit sekitar setengah sloki, kemudian disuguhkannya kepadaku,
“Ini bisa menghilangkan sedikit rasa gugup yang kamu rasakan
sekarang ini, dan bisa juga membuat tubuhmu sedikit hangat. Kulihat dari tadi
kelihatannya kamu agak kedinginan”, ucapnya lagi sambil menyodorkan minuman
tersebut.
Kuraih minuman tersebut, dan mulai kuminum secara dikit demi
sedikit sampai habis, memang benar beberapa saat kemudian aku merasakan tubuh
dan pikiranku agak tenang, rasa gorgi sudah mulai menghilang, dan aku juga
merasakan ada aliran hangat yang mengaliri seluruh syaraf-syaraf tubuhku.
Sunu kemudian menyetel lagu-lagu lembut di kamarnya, dan
mengajakku berbincang-bincang hal-hal yang ringan. Sekitar 10 menit kami
berbicara, aku mulai merasakan agak pening di kepalaku, tubuhkupun limlung.
Kemudian Sunu merebahkan tubuhku ke ranjang. Beberapa menit aku rebahan di atas
ranjang membuatku mulai bisa menghilangkan rasa pening di kepalaku.
Tetapi aku mulai merasakan ada perasaan lain yang mengalir
pada diriku, ada perasaan denyut-denyut kecil di seluruh tubuhku, semakin lama
denyut-denyut tersebut mulai terasa menguat, terutama di bagian-bagian
sensitifku. Aku merasakan tubuhku mulai terangsang, meskipun Sunu belum
menjamah tubuhku.
Ketika aku mulai tak kuasa lagi menahan rangsangan di
tubuhku, nafasku mulai memburu terengah-engah, payudaraku seakan-akan mengeras
dan benar-benar peka, vaginaku mulai terasa basah dan gatal yang menyengat,
perlahan-lahan aku mulai menggesek-gesekkan kedua belah pahaku untuk mengurangi
rasa gatal dan merangsang di dalam vaginaku. Tubuhku mulai menggeliat-geliat
tak tahan merasakan rangsangan seluruh tubuhku.
Sunu rupanya menikmati tontonan ini, dia memandangi
kecantikan wajahku yang kini sedang terengah-engah bertarung melawan
rangsangan, nafsunya mulai memanas, tangannya mulai meraba tubuhku tanpa bisa
kuhalangi lagi. Remasan-remasan tangannya di payudaraku membuatku tidak tahan
lagi, sampai tak sadar aku melorotkan sendiri pakaian yang kukenakan. Saat
pakaian yang kukenakan lepas, Mata Sunu tak lepas memandangi belahan payudaraku
yang putih montok dan yang menyembul dan seakan ingin loncat keluar dari bra yang
kukenakan.
Tak tahan melihat pemandangan indah ini, Sunu kemudian
menggumuliku dengan panasnya sembari tangannya mengarah ke belakang punggungku,
tidak lebih dari 3 detik, kancing bra-ku telah lepas, kini payudaraku yang
kencang dan padat telah membentang dengan indahnya, Sunu tak mau berlama-lama
memandangiku, dengan buasnya lagi ia mencumbuiku, menggumuliku, dan tangannya
semakin cepat meremas-remas payudaraku, cairan vaginaku mulai membasahi celana
putihku.
Melihat ini, tangan Sunu yang sebelahnya lagi mulai
bermain-main di celanaku tepat di cairan yang membasahi celanaku, aku merasakan
nikmat yang benar-benar luar biasa. Napasku benar-benar memburu, mataku
terpejam nikmat saat tangan Sunu mulai memasuki celana dalamku dan memainkan
daging kecil yang tersembunyi di kedua belahan rapatnya vaginaku.
Sunu memainkan vaginaku dengan ahlinya, membuatku terpaksa
merapatkan kedua belah pahaku untuk agak menetralisir serangan-serangannya,
jari-jarinya yang nakal mulai menerobos masuk ke liang tubuhku dan mulai
memutar-mutar jarinya di dalam vaginaku. Tak puas karena celana dalamku agak
mengganggu, dengan cepatnya sekali gerakan dia melepaskan celana dalamku. Aku
kini benar-benar bugil tanpa tersisa pakaian di tubuhku.
Sunu tertegun sejenak memandangi pesona tubuhku, yang masih
bergeliat-geliat melawan rangsangan yang mungkin diakibatkan obat perangsang
yang disuguhkan di dalam minumanku. Dengan cepatnya selagi aku masih merangsang
sendiri payudaraku, Sunu melepaskan dengan cepat seluruh pakaian yang dikenakan
sampai akhirnya bugil pula. Aku semakin bernafsu melihat batang penis Sunu
telah berdiri tegak dengan kerasnya, Besar dan panjang.
Dengan cepat Sunu kembali menggumuliku dengan benar-benar
sama-sama dalam puncak terangsang, aku merasakan payudaraku diserang dengan
remasan-remasan panas, dan.., ahh.., akupun merasakan batang penis Sunu dengan
cepatnya menyeruak menembus liang vaginaku dan menyentuh titik-titik kenikmatan
yang ada di dalam liang vaginaku, aku menjerit-jerit tertahan dan membalas
serangan penisnya dengan menjepitkan kedua belah kakiku ke arah punggungnya
sehingga penisnya bisa menerobos secara maksimal ke dalam vaginaku.
Kami bercumbu dengan panasnya, bergumul, setiap kali penis Sunu
mulai bergerak masuk menerobos masuk ataupun saat menarik ke arah luar, aku
menjepitkan otot-otot vaginaku seperti hendak menahan pipis, saat itu aku
merasakan nikmat yang kurasakan berlipat-lipat kali nikmatnya, begitu juga
dengan Sunu, dia mulai keteteran menahan kenikmatan tak bisa dihindarinya.
Sampai pada satu titik saya sudah terlihat akan orgasme, Sunu tidak
menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan hentakan2 penisnya yang dipercerpat..
akhirnya kekuatan pertahananku ambrol.. saya orgasme berulang-ulang dalam waktu
10 detik.. Sunu rupanya juga sudah tidak mampu menahan lagi serangannya dia
hanya diam sejenak untuk merasakan kenikmatan dipuncak-puncak orgasmenya dan
beberapa detik kemudian mencabut batang penisnya dan tersemburlan
muncratan-muncratan spermanya dengan banyaknya membanjiri wajah dan sebagian
berlelehan di belahan payudaraku. Kamipun akhirnya tidur kelelahan setelah
bergumul dalam panasnya birahi.
Keesokan paginya, Sunu mengantarku pulang ke rumah. Kulihat
suamiku menerimaku dengan muka tertuduk dan berbicara sebentar sementara aku
masuk ke kamar anakku untuk melihatnya setelah seharian tidak kuurus.
Setelah kejadian itu, aku dan suamiku sempat tidak berbicara
satu sama-lain, sampai akhirnya aku luluh juga saat suamiku minta maaf atas
kelakuannya yang menyebabkan masalah ini sampai terjadi, tetapi hal itu tidak
berlangsung lama, suamiku kembali terjebak dalam permainan judi. Sehingga
secara tidak langsung akulah yang menjadi taruhan di meja judi. Jika menang
suamiku akan memberikan oleh-oleh yang banyak kepada kami. Tetapi jika kalah
aku harus rela melayani teman-teman suamiku yang menang judi. Sampai saat ini
kejadian ini tetap masih berulang. Oh sampai kapankah penderitaan ini akan
berakhir.

Lihat juga : Cerita Lucu | Berita Hot | Cerita Panas | Photo

No comments:

Post a Comment