![Istri Pengusaha Mengoda Istri Pengusaha Mengoda](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgg6R_pFX47SXIl0I77D2Ep071AvhJr2q3mNXXB0WRybODZ-YHfUcfEjyFpUm2yHluZev0jHMjfPIAN2REuFcbYYHSaqADQE3FmwaBvA4TLIUU5Gu7sTrmf2To4bj0eVxVTfoQNclww0-Y/s640/cs6.jpg)
Aku adalah istri seorang pengusaha yang bisa di bilang cukup
kaya. Anakku dua, kebetulan laki-laki semua dan usianya pun sudah menginjak
dewasa. Mereka memilih bersekolah di luar negeri. Sedangkan suamiku seorang
pengusaha yang sangat sibuk dengan usaha – usahanya.
Alhasil tinggallah diriku dengan segala kesepian yang ada.
Bila bangun pagi hari, aku selalu termenung. Karena suasana rumah yang cukup
besar sehingga aktifitas yang dikerjakan pembantu pembantuku nyaris tak
terdengar, apalagi di dalam kamarku yang luas. Malam hari pun sama, setelah
pembantuku beraktifitas mereka segera pergi tidur dalam waktu yang bisa
dibilang masih sore. Hanya acara televisi yang selalu menemani, itupun sudah
membuatku bosan. Karena semua acara sudah aku hafal dan semua menjadi tidak
menarik lagi. Aku mencoba untuk mulai beraktifitas dengan tetangga, tapi
menjadi percuma karena tetanggaku semua sibuk dengan urusan masing – masing.
Karena stres di rumah, aku memutuskan untuk pergi ke tempat sahabatku Marlena,
di Jakarta. Hal itulah yang membuat aku berubah total dan drastis.
“Hai Len, udah tidur belum?”
“Belum, lagi nonton TV. Ada apa ? Koq tumben lo malem malem
nelpon.”
“Gue lagi stress banget nih, sejak anak-anak pergi ke
Singapore di rumah sepi banget. Mana Ruben gak pulang-pulang. Boleh gak gue
nginep di rumah lo ?”
“Jelas bolehlah, lo kayak ama siapa aja. Kita khan udah
kayak sodara.”
“Iya tapi gue khan takut ngeganggu elo sama suami lo.” ( Marlena
anaknya dua satu laki-laki, satu lagi cewek. Yang laki-laki kuliah di Amerika,
sedangkan yang cewek udah nikah trus ikut suaminya ke Aussie )
“It’s oke koq, Willy lagi pergi ke Amrik mungkin 2 – 3
minggu lagi baru pulang.”
“Ya udah kalo gitu, besok jemput gue di airport ya. Gue naek
pesawat paling pagi.”
“Oke, ntar pagi gue suruh sopir standby di bandara.”
Itulah pembicaraan singkat dengan sahabatku malam sebelum
keberangkatanku.Ketika mobil berhenti tepat di depan pintu rumah, ku lihat Marlena
bergegas menghampiriku, lalu kami berpelukan sambil bercipika cipiki.
“Wah wah makin cantik dan sexy aja nih” kata Marlena sambil
menatapku dari atas sampai ke bawah.
“Ah, biasa aja, lo sendiri juga oke , spa di mana ? Gue
pengen di pijit nih biar relax.”
“Ah bisa aja deh, gue cuma luluran aja di rumah. Kalo cuma
pijit sih, Wawan juga bisa. Yang ngelulur en mijitin aku khan si Wawan. Do’i
jago lho, di jamin ketagihan deh.
“Wawan .. ? Siapa Wawan ?”
“Sopir pribadi gue, yang tadi ngejemput lo. Sekarang lo ke
kamar, ntar gue suruh si Wawan ke kamar lo”
“Tapi Len.., gue khan malu. Masak yang mijit laki-laki,
masih muda lagi.”
“Udah lo tenang aja, ntar gue temenin deh biar lo nggak
risih”
Sesampainya di kamar, aku berbaring sejenak membayangkan Wawan
yang akan memijitku, menyentuh bagian-bagian tubuhku yang sudah lama tidak
disentuh oleh suamiku. Orangnya masih muda kira-kira umur 25 tahun, tinggi
sekitar 170 cm, berat sekitar 70 kg, berkulit sawo matang tapi bersih sehingga
memberi kesan macho, dengan rambut berpotongan rapi, sopan dan ramah terlebih
sorot matanya yang tajam dan rahang yang memberikan kesan gagah. Apabila dalam setelan
safarinya, terlihat seperti seorang bodyguard. Sehingga aku merasakan ada suatu
desiran aneh dalam diriku. Seperti adrenalin yang bergejolak, membuatku darahku
bergejolak, dan aku pun terbuai dalam lamunanku sendiri.
Tok…tok…tok… suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku.
“Siapa ?”
“Wawan, bu.” Lalu akupun melangkah dan membuka pintu. Ku
lihat Wawan sudah berganti pakaian, dari setelan safari berganti dengan celana
jeans dan kaos ketat tipis warna putih yang semakin memperlihatkan otot-otot
lengannya yang kekar, juga six pack perutnya terlihat menonjol. Aku sempet
berpikir, koq kayak model iklan susu L-men, tadi kayak body guard. Hebat juga Marlena
nyari sopir pribadi, jangan-jangan dia sopir plusnya Marlena, tapi segera ku
tepis pikiranku.
“Mari masuk, lho.. bu Marlena mana ?” tadi sedang terima
telpon, saya disuruh duluan, jawab Wawan dengan sopan.
“Hm, ya udah kamu tunggu sebentar saya ganti dulu.”
“Iya bu, permisi…,” jawabnya.
cerita sex 2016, cerita sex terbaru, cerita sex terupdate, cerita sex, cerita seks 2016, cerita seks terupdate, cerita seks terbaru, cerita seks, cerita dewasa 2016, cerita dewasa terupdate, cerita dewasa terbaru, cerita dewasa, cerita mesum 2016, cerita mesum terupdate, cerita mesum terbaru, cerita mesum,
Lalu aku pun berjalan ke kamar mandi, setelah pintu ku
tutup, ku buka pakaianku. Ku pandang tubuhku dari kaca besar yang terletak di
atas wastafel. Ku putar ke kiri dan ke kanan, benar juga apa yang di katakan
sahabatku tadi. Tubuhku, walaupun sudah beranak dua masih terlihat seperti
iklan Tropicana Slim, memang agak montok sedikit membuat terlihat lebih sekal.
Di usia yang hampir memasuki kepala empat, dengan tinggi 169 cm dan berat 53
kg, di tunjang dengan payudara 34 B, aku masih tidak kalah dengan anak-anak
remaja sekarang. Maklumlah aku sering spa untuk mengurangi stress yang ku alami,berita seks.com tak heran jika kulitku pun putih mulus. Bahkan selulitku telah ku buang melalui
operasi di Singapore setelah aku melahirkan anak yang kedua. Lalu kuperhatikan
wajahku, meski ada sedikit keriput samar di daerah mata, tapi menurutku wajahku
masih cukup cantik. Karena di kala aku pergi shopping atau sekedar jalan-jalan
di mall, banyak lelaki termasuk remaja melirik ke arahku, bahkan ada di antara
mereka bersuit ke arahku. Ku lilitkan handuk di sekeliling tubuhku, lalu
kurapikan rambutku, aku pun berjalan ke luar.
Ketika ku tutup pintu kamar mandi dari luar, Wawan bangkit
berdiri dan menatapku. Ku lihat dia terpana melihatku yang hanya berbalut
selembar handuk dengan rambut yang tergerai di bahu.
“kenapa Wan ?”
“Eh, enggak bu. Ibu terlihat cantik sekali, mirip cerita
bidadari yang di filem – filem.”
“Ah, kamu bisa aja Wan, pinter ngerayu. Udah berapa pacar
yang kena ama rayuan kamu?” kataku sambil duduk di springbed.
“Enggak ada bu, saya gak punya pacar. Dulu waktu sma pernah
punya pacar, tapi pas lulus langsung di nikahin sama bapaknya. Bapaknya gak mau
anaknya pacaran sama orang miskin kayak saya. Ibu mau dipijit sekarang ?”
“Ehm, boleh deh” kataku sambil berbaring. Wawan pun
melangkah ke kasur sambil membuka tutup body lotion. Permisi bu, lalu kurasakan
tangan Wawan menyentuh telapak kakiku. Ada rasa geli dan nyaman ketika Wawan
memijit telapak kakiku. Setelah beberapa menit, pijitan mulai naik ke betis dan
setengah pahaku, karena separuh pahaku yang atas masih terlilit handuk. Hem,
benar juga yg dibilang Marlena, nyaman juga pijitannya. Tapi koq Marlena gak
nongol-nongol, sahabatku itu kadang kalo nelpon bisa ber jam-jam lamanya,
paling cepat 1 – 2 jam. Ah terserahlah, aku udah gak peduli karena terhanyut
dalam pijitan-pijitan Wawan, sehingga tanpa sadar akupun terlelap.
Entah sudah berapa menit, tiba-tiba aku merasa ada yang
memanggilku. Bu..bu..Devina
“ya, ada apa” jawabku dalam keadaan setengah sadar.
“Maaf, saya buka handuknya ya bu. Kakinya udah selesai
dipijit, sekarang mau mijit punggungnya”
“Ya, silahkan”
jawabku spontan. Ketika tangan Wawan menyentuh bahu dan pundakku, kesadaranku
mulai pulih. Aku teringat keadaan saat ini, di mana Marlena masih belum selesai
menerima telepon. Sedangkan aku hanya berdua dengan Wawan, sedangkan tubuhku
hanya bagian depan yang tertutup, karena aku berbaring tengkurap, sebagian dari
payudaraku yang tertekan pasti terlihat. Berbagai perasaan terbersit dalam
hatiku, karena ini pengalaman pertamaku disentuh oleh lelaki selain suamiku.
Biasanya aku selalu dipijit oleh wanita, hal inilah yang membuatku menolak saat
sahabatku menyarankan Wawan untuk memijitku. Dengan pemijat segagah Wawan, dan
juga setelah sekian lama aku belum melakukan hubungan intim hal ini membuat
hatiku berdebar-debar. Antara rasa malu dan nafsu yang mulai menghinggapi
diriku.
Hilang sudah rasa nyaman, berganti dengan perasaan aneh yang
perlahan muncul seiring dengan pijatan Wawan. Sehingga saat perasaan aneh itu
sudah menguasai diriku, tanpa sadar aku mulai mendesis kala tangan Wawan mengenai
daerah-daerah sensitifku. Dia mengurut dari pinggul bawah ke atas, lalu
tangannya beralih menuju pundak, ketika tangannya menyentuh leherku, aku
langsung menggelinjang antara geli dan nafsu. Di situ merupakan daerah sensitif
keduaku, di mana yang utama adalah clitorisku. Sehingga aku semakin liar
mendesis dan tanpa sadar aku berbalik. Dengan napas tersengal-sengal ku buka
kelopak mataku,beritaseks.com kutatap Wawan yang menatapku dengan posisi berdiri diatas
lututnya. Ku lihat peluhnya bercucuran sehingga kaosnya basah oleh keringat,
membuat tubuhnya jadi semakin sexy. Aku sudah kehilangan akal sehatku, sehingga
aku sudah tak ingat lagi bahwa tubuhku yang telanjang kini terpampang jelas di
hadapan Wawan. Wawan pun seolah mengerti akan keadaanku lalu di ambilnya handuk
yang tadi melilit tubuhku. Di lapnya keringat di wajah, lalu ketika dia membuka
kaosnya langsung aku ambil handuk ditangannya. Ku seka keringatnya sambil
kuraba tubuhnya, karena tubuh suamiku sangat berbeda dengannya. Kuraba dadanya
yang bidang, lalu tangan kiriku turun hingga six packnya sambil kuciumi
dadanya. Sedangkan tangan yang satu lagi membelai punggungnya yang juga
berotot.
Ketika tangan kiriku meraih kancing celana jeans nya, tangan
kanannya menangkap tangan kiriku, lalu tangan kirinya meraih pinggangku. Sambil
menarik pinggangku ke atas, dilumatnya bibirku. Oohh.. aku merasakan sentuhan
yang berbeda dari yang pernah aku rasakan. Kubalas dengan melumat bibir
bawahnya, lalu kurasakan lidahnya menerobos masuk ke dalam mulutku, kami saling
melumat. Lalu di rebahkannya aku, dan dia membuka kancing celananya.
Pemandangan itu sungguh erotis sekali di hadapanku, aku bangkit lagi dan ku
elus celana dalamnya yang terlihat kepenuhan itu. Ku cium bagian atasnya, tak
tercium bau kejantanannya, tampaknya dia cukup merawat miliknya itu. Ku kecup
kepalanya sambil ku pelorotkan celana dalamnya. Oohh, gelegak nafsuku semakin
menggelora. Segera kumasukkan batangnya ke dalam mulutku, ku sedot keluar
masuk, ku dengar rintihannya yang membuatku semakin panas. Ketika ku lihat ke
atas, tampak dia terpejam menikmati sedotanku. Setelah ku hisap selama kurang
lebih sepuluh menit, Wawan menghentikan gerakanku. Di lumatnya lagi mulutku
sembari membaringkan aku di tempat tidur. Lalu dilumatnya leherku, sehingga aku
kembali menggeliat liar.
Baca Juga Pijat Plus
”Ekhs.., wan…” Ku cengkeram sprei tempat tidur, sementara
tangan yang satu lagi mencengkram punggungnya. Tampaknya Wawan sudah mengetahui
kelemahanku, dia segera berpindah untuk melumat bukit kembarku. Lidahnya
melumat habis kedua bukitku beserta ujung ujungnya. Sementara tangannya terus
turun meluncur melalui perutku, sampai pada bukit kecilku yang berbulu tipis
yang kini sudah semakin basah. Aku memang selalu rajin mencukur bulu jembutku,
karena aku suka memakai celana dalam G-string. Tangannya kini sudah mencapai
lipatan vaginaku, dan tersentuhlah clitorisku. Aku langsung tersentak, seperti
terkena setrum ribuan volt.
“akhs….. wan……” jeritku sambil meremas rambutnya. Sementara
tangan Wawan bermain di selangkanganku, lidahnya kini turun ke perutku, bermain
sebentar di seputar perut lalu kembali turun ke vaginaku. Kedua belah tangannya
memegang kedua belah pahaku, sambil di pandanginya vagina ku yang basah oleh
cairan kewanitaanku.
“Vagina bu Devina indah sekali..” perkataan itu seakan
memberi suntikan gairah sehingga ku berkata dengan merintih
“ayo wan.. jangan di liatin aja” langsung di benamkannya
bibirnya ke dalam vagina ku, sementara hidungnya mengenai clit ku, sehingga aku
langsung tersentak mendongak ke atas. Di julurkannya lidahnya menyapu bagian dalam
vaginaku, sehingga aku merasa seperti ada yang menggelitiki vaginaku itu.
“oohhh….terus wan…..terus….” rintihku sambil terus meremasi
rambut di kepalanya.
Tangannya menggapai kedua belah payudaraku, sambil meremasi
sesekali dia pelintir kedua pentilku. Membuatku menjadi semakin liar, dan ku
rasakan badai kenikmatan yang terus menggelora di dalam diriku. Sampai akhirnya
saat bibir Wawan mengecup lalu menghisap clit ku, aku tersentak sedemikian
hebatnya sambil menjerit
“Aaakkhhsss…… wwaaannnn………” ku jepit kepalanya sambil
kuangkat pinggulku tinggi tinggi, kedua tanganku menjambak rambutnya. Wawan pun
tak henti hentinya terus menusuki vaginaku dengan lidahnya sembari memutarkan
kepalanya, dihisap dan dijilatinnya hingga habis cairan yang keluar meleleh
dari vaginaku, aku pun serasa terbang di awan-awan.
Seketika itu tubuhku melemas, Wawan pun merangkak naik ke
arahku, di peluknya diriku, di kecupnya keningku lalu dilumatnya bibirku.
Akupun membalasnya dengan melumat kembali bibirnya yang menurutku cukup sexy
untuk dilumat. Kami saling berpandangan beberapa saat, aku serasa kembali
menemukan sesuatu yang kini mengisi relung-relung hatiku yang sepi.
“Masukin penismu wan, tapi pelan-pelan dulu ya. Aku masih
agak lemas nih” kataku dengan lirih di telinganya.
“Baik, bu.” “Jangan panggil ibu terus ah, gak enak
didengernya. Panggil aja sayang ?”
“Baik, sayang. Aku masukin ya.”
“He eh, tapi pelan pelan lho” dan kurasakan kepala penisnya
yang mengkilap merah menempel pada kemaluanku.Beritaseks
Ada rasa berdebar di hatiku, inilah kejantanan selain milik
suamiku yang beruntung dapat memasuki liang senggama milikku. Kurasakan perih
ketika kepalanya masuk sedikit di bibir lubangku
“wann, pelann.. agak perih nih.”
“Iya sayang, ini juga pelan-pelan koq.” Wawan kembali
menekan pantatnya, dan penisnya kurasakan semakin menyeruak masuk ke dalam vaginaku.
Akupun spontan memeluk Wawan
“aakh..wann….”
“tahan sedikit sayang!” Wawanpun menghentakkan pantatnya
dengan sekali hentakan dan seketika kurasakan perih yang kurasakan saat
keperawananku hilang. Wawan pun mengangkat pantatnya pelan-pelan, sehingga aku
merasa vaginaku seperti tersedot keluar seiring dengan penis Wawan. Lalu
ditekannya kembali penisnya ke dalam vaginaku, rasa perih yang semula kurasa
itu hilang berganti sensasi nikmat di kala punya Wawan keluar masuk dengan
berirama menggelitiki dinding kewanitaanku.
“akhs…enak wan….teruss sayang….”
“vaginamu seret banget yang, penisku kayak di urut nih”
dilumatnya kembali bibirku, kamipun berpagutan sambil bergoyang pelan. Setelah
beberapa saat Wawan mengentotiku dengan irama pelan, yang membuatku seakan
sedang bercinta dengan kekasih yang telah lama tak bersua, gairahku timbul
bersama dengan kekuatan yang mulai pulih setelah orgasme tadi. Dengan
berpelukan, ku gulingkan tubuhnya ke sampingku, kini posisiku ada di atas
tubuhnya dengan penis tetap tertancap di vaginaku.
“giliranku sayang.. , aku ingin memberikan kamu kenikmatan,
seperti yang udah kamu berikan kepadaku.”
Ku tekan dadanya yang bidang dengan kedua tanganku, lalu ku
angkat pelan pelan pantatku
“Oookhh…..” Wawan memegang kedua tanganku sambil matanya
membeliak
“kenapa sayang ?”
“penisku kayak di sedot ke atas.” Akupun tersenyum sambil
menurunkan kembali pantatku, ku lakukan beberapa saat, hingga ku lihat Wawan
pun merem melek keenakkan. Sesekali ku goyangkan pantatku ke kanan dan ke kiri.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Marlena pun masuk sambil
ketawa-ketawa
“Wah, enak koq gak ngajak-ngajak. Gimana ? bener khan yang
gue bilang, Wawan tuh jago banget, gue aja udah gak tau berapa kali gue di KO
in dia.”
“Iya Len, kamu dapet dari mana sih ?”
“rahasia donk, ya gak say ?” jawabnya sembari mencium Wawan.
Mereka pun berpagutan, lalu Marlena berhenti dan melepas pakaiannya.
Dikangkanginnya muka Wawan dengan posisi berhadapan denganku. Wawanpun tanpa
disuruh langsung dilahapnya memek Marlena, sehingga Marlena pun mendesis
keenakan. Buah dada ku disambar oleh Marlena dan dihisap hisapnya, tangan yang
satu memilin milin putingku. Hal ini membuatku merem melek keenakan, sungguh
suatu sensasi luar biasa timbul dalam diriku, inilah threesome pertamaku.
Gairahku terus memuncak sehingga datanglah gelombang orgasme ku yang ke dua. Marlena
dan Wawan seperti mengetahui akan keadaanku, akupun dipeluk oleh Marlena dan
dikulum nya bibirku. Ada perasaan yang sulit diungkapkan ketika Marlena
menciumku, tapi yang kuingat adalah gelora birahi membara yang menuntunku
menuju gerbang orgasme. Wawan pun menyambut hentakanku dengan mengangkat pantatnya
ke atas sehingga batangnya terbenam habis ke dalam vaginaku dan menyentuh
G-spot ku. Akupun mengerang panjang
“Aaakkkkhhhh………..” cairan orgasme ku mendesir keluar
membasahi penis Wawan, akupun terkulai dalam pelukan Marlena. Marlena
memandangku sambil membelai rambutku, dia menciumku mesra. Akupun membalasnya,
aku merasa bahagia seperti menemukan kembali cinta yang hilang.
Aku membaringkan diriku ke sebelah, ku lihat Marlena
mengulum batang kemaluan Wawan.
“Ehm.. cairanmu mu enak banget Vin” aku hanya tersenyum mendengar
perkataan sahabatku itu. Lalu Marlena pun berubah posisi, dia berbalik
menghadap Wawan, di enjotnya penis Wawan. Dengan liar ia bergoyang sambil
mulutnya terus menceracau dan mendesis, payudaranya yang satu dihisap Wawan,
yang satu putingnya di pilin pilin. Lalu tubuhnya bergetar hebat,
dicengkeramnya pundak Wawan
“Ooohhhh……. Wwaannnn……. aakkuuu kelluuaarrrr……..” Wawanpun
lalu bangkit, sambil mengangkat tubuh Marlena dia membaringkan Marlena lalu
menggenjotnya. Sodokannya begitu cepat sehingga tubuh Marlena terguncang guncang.
Lalu diapun mengerang
“Aaakkkkhhhh……….. bbbuuuu………. Aakkuuu uuddaahh mmooo
kelluuaarrrr……..” Marlena dengan sigap langsung menyambar penis Wawan dan
mengulumnya. Wawan pun langsung mengejang, seketika ditariknya kepala Marlena
sambil menyemprotkan spermanya ke dalam mulut Marlena. Tampak cairan kental
keputihan meleleh dari sela sela bibir Marlena. Akupun beringsut maju, turut
serta mengulum batang dan peju Wawan. Akhirnya kami bertiga tidur bareng dalam
keadaan bugil.
Itulah awal cerita yang membawaku ke dalam petualangan sex
yang lebih liar.
Lihat juga : Cerita Lucu | Berita Hot | Cerita Panas | Photo
No comments:
Post a Comment