Thursday, May 4, 2017

Cerita Rahasia 8

Cerita Rahasia 8

Sepenggal kisah Mesum, Yang Tertulis menjadi cerita dewasa nyata, cerita dewasa terhangat, cerita dewasa, Malam ini saat mulai tidur kepalaqu terasa berat. Aqu risau selama beberapa jam, tapi menjelang dini hari akhirnya aqu bisa tertidur juga. Aqu tak tahu berapa lama aqu tidur, rupanya sebentar, karena ada sesuatu yang membuatku terbangun.
cerita dewasa nyata, cerita dewasa terhangat, cerita dewasa
Ada yang mengusik tubuhku saat aqu sedang tertidur lelap. Sebuah benda berat menindih lenganku. Aqu membuka mata dan melihat lampu ruangan masih menyala, rupanya aqu tadi lupa mematikannya. Mataqu terasa pedih, kemudian aqu mengedip-ngedipkannya sebentar, sampai mataqu mulai terbiasa. Kemudian saat aqu melihat ke sebelah kiri, aqu terkejut. Benda berat yang menindih lenganku adalah Shana.
kunjungi juga gelora birahi.com
Shana rebahan di sebelahku. Kepalanya ada di dekat pundakku, sementara tubuhnya memeluk erat lengan kiriku. Ia mengenakan kaos putih tipis dan celana pendek loenggar, wangi sabun dari tubuhnya bisa kucium dengan sangat jelas.
Kenapa ia bisa ada di sini? Jantungku berdegub kencang. Aqu ingat, mungkin aqu lupa mengunci pintu ruangan saat akan tidur tadi. Aqu kelelahan dan pikiranku kacau, aqu sampai tak ingat mengunci pintu.
“Di….,” Ucap Shana agak mendesah. Rupanya ia tak tidur.
Shana menengadahkan kepalanya, berusaha menatap mukaku. Jarak mukaku dan mukanya kini hanya beberapa centi.
“Maafin aqu, Di…. Aqu tau aqu yang salah,” ucapnya pelan.
Aqu berusaha menenangkan diriku.
“Shan… kenapa loe tiba-tiba ke sini?”
Shana menghela nafas, kemudian memeluk lenganku dengan lebih erat. Aqu dapat merasakan gesekan buah dadanya dari luar kaos yang ia kenakan.
“Hmmmm…. aqu pengen, Di…”
Aqu terkejut mendengar kata-katanya. Ucapan Shana berhasil membuat darahku berdesir. Sebelum aqu sempat mengucapkan apa-apa, tiba-tiba Shana mencium leherku, kemudian tangannya meraba kemaluanku dari luar celana boxer yang aqu pakai.
“Tan…. kenapa loe tiba-tiba jadi… ”
“Mmmmmh….. Mmmmhhh…” bibir kami langsung beradu, saling lumat dan saling hisap. Oooh, sungguh aqu merindukan bibir ini. Aqu merindukan kelembutan bibirnya setelah terlalu lama.
Tangan Shana menyelinap ke balik celanaqu, kemudian ia mengambil gagang kemaluanku dan mengeluarkannya dari celana. Dengan gerakan yang pelan dan lembut ia mulai mengocoknya, sementara itu bibir kami terus berpagutan. Refleks, tanganku juga menyelinap ke balik kaosnya dan mencari gunung mungil yang sudah lama kurindukan. Aqu meremas buah dada kiri Shana dan memainkan pentilnya. Pentilnya sudah keras dan tegang, sangat enak untuk dimainkan menggunakan jari.
Shana bangkit, ia duduk di atas lututku. Kemudian ia mengarahkan kemaluanku yang sudah berdiri tegak ke arah selangkangannya yang masih terhalang celana. Pelan-pelan ia menggesek-gesekkan ujung kemaluanku ke selangkangannya.
“Hhhhh…. aqu kangen sama kemaluan loe, Di…. Mmmhhh…”
Tak lama kemudian ia memerosotkan celananya sendiri beserta celana dalemnya. Terlihatlah kemaluannya yang bekas dicukur dan masih tak berubah dari dulu. Shana menggesek-gesekkan ujung kemaluanku di bibir kemaluannya tapi tampak berhati-hati.
“Shan…. Ohhh….” aqu tak sanggup menahan desahan.
“Uhhh… hanya gesek-gesek aja ya Di…. ini yang terakhir kalinya…” desah Shana.
Mendengar kata-kata itu tiba-tiba saja aqu jadi merasa agak kesal. Aqu tak mau. Aqu tak mau hanya sekedar begini. Aqu menginginkannya. Aqu ingin tahu apakah dia masih perawan atau tak saat ini. Aqu tak mau kehilangannya.
Tanpa minta izin lebih dahulu, aqu menarik kedua tangan Shana, kemudian aqu lempar tubuhnya ke atas kasur. Aqu menindihnya, kutahan kedua lengannya dan kulebarkan kedua kakinya.
“Aw! Di! Loe mau ngapain?” Shana protes.
“Please, Shana…. Aqu mau jadi yang spesial buat loe… aqu mau….” ucapku sambil berusaha menahan tangannya yang meronta-ronta.
“Jangan Di… aqu udah, aqu udah tuna.. nga… aaaaaah!”
Dengan gerakan yang memaksa, kepala kemaluanku masuk ke dalem bibir kemaluan Shana. Ia masih berusaha melawan, tapi tenagaqu lebih kuat dalem menahan gerakan tangan dan kakinya. Kudorong lagi pinggulku ke arah depan, kemaluanku masuk semakin dalem ke lubang kemaluan Shana. Oooh… rasanya sungguh luar biasa. Rasanya berbeda dengan lubang kemaluan Ghea, milik Shana terasa lebih hangat dan lebih lembut. Kuteruskan mendorong kemaluanku, kemudian kugunakan sedikit tenaga hingga gagang kemaluanku masuk seluruhnya ke kemaluan Shana.
“Adiiii…! Aghhh! Sakiiiit! Sakit Di….!” Shana menjerit. Gerakan tangannya berubah menjadi lemas, dan sedikit demi sedikit ia berhenti melawan. Tapi ia mulai menangis.
“Shan… jangan nangis… please aqu minta maaf,” ucapku.
“Sakiiit…. loe jahat….. ”
Aqu melihat ke arah kemaluan Shana, kemudian aqu menemukan bekas darah yang membasahi seprei kasurku. Aqu terkejut. Aqu tak tahu apa yang harus kukatakan sekarang.
“Loe masih perawan, Tan?” tanyaqu terbata-bata.
“Sekarang udah gag, bego loe! Bego!” Shana memeluk leherku dan berusaha menghentikan tangisannya.
Aqu tak mau menyia-nyiakan ini. Perlahan aqu mulai menggenjot kemaluan Shana, awalnya agak pelan karena aqu tak ingin menyakitinya lebih lanjut. Dinding kemaluan Shana terasa sempit dan meremas-remas gagang kemaluanku. Jadi rupa inilah kemaluan dari perempuan yang selama ini selalu kurindukan, yang selalu kuinginkan. Luar biasa.
“Aaaaaah…. Aaakhh… Ooouhhh…” Aqu terkejut mendengar Shana mulai mendesah. Ternyata ia cepat bisa menikmati ini.
“Udah gag sakit kan, Shan?” tanyaqu sambil mempercepat genjotan.
“Gag…. ahhh enak… mmhhh….” desah Shana.
“Aqu cepetin lagi ya?”
“Uuhh… Iya bang… yang cepet… terus bang….”
“Hah? Shan? Sejak kapan loe manggil aqu bang…..”
Shana melepaskan pelukannya, kemudian aqu dapat melihat mukanya. Ia bukan Shana! Ia Ghea! Bagaimana mungkin? Tak masuk akal!
Ghea berbaring di bawahku, kakinya direntangkan lebar, tangan kirinya meremas-remas buah dadanya sendiri. Ghea tampak tersenyum, tapi ia terus menggerak-gerakkan pinggulnya supaya aqu tak berhenti menggenjotnya. Ia tersenyum sambil mendesah, kemudian perlahan ia mengacungkan jari tengahnya ke depan mataqu.
Aqu gemetar sekujur tubuh. Dengan sangat cepat, Ghea bangkit dan mendorong tubuhku. Aqu jatuh terlentang, kemudian kepala Ghea turun hingga ke depan kemaluanku. Ia kemudian menghisap kemaluanku dengan mulutnya. Kemudian ia menggigitnya. Ia menggigit kemaluanku! Krauk! Krauk! Aqu menjerit sekuat tenaga. Aaaaaaaa!
Kemudian aqu terbangun di atas tempat tidur. Hanya mimpi? Tak ada siapa-siapa di sampingku. Tak ada Ghea, tak ada Shana. Aqu masih sendiri.
Hari-hari kujalani seperti biasa. Rasa rindu terhadap Shana Maupun Ghea perlahan kini mulai memudar. Aqu sadar, Shana bukanlah jodohku, dia adalah obsesi dalam hidupku. Tak pernah mengungkapkan isi hatiku cukup menjadi penyesalan yang kusimpan dan tak akan terulang kembali.
Ghea… perempuan berkaca mata yang memberiku kehangatan dikala aku bimbang. Betapa berdosanya aku bila terus memanfaatkan dia. Kini dia telah bahagia dengan suaminya. Hubungan kita tetap baik. Terakhir kudengar ia melahirkan anak kembar.
Shana dan Ghea 2 perempuan yang memberikanku pengalaman indah tak terlupakan. Yes.. it’s me… simple think of me. Sepucuk surat pernah kutuiskan untuk Shana, entah berguna atau tidak yang pasti aku sudah berusaha jujur pada diriku dan pada dirinya. Aku pernah jatuh cinta kepadanya.

Lihat juga : Cerita Lucu | Berita Hot | Cerita Panas | Photo

No comments:

Post a Comment